Dahulu setelah jaman kemerdekaan sekitar tahun 1950-an, di Jl. Satsuitubun
17 tersebutlah nama KH. Syifa?, seorang tua yang alim dalam hal agama. Banyak
penduduk sekitar yang belajar mengaji padanya, khususnya para pemuda-pemudi.
Pada awalnya mereka mengaji berangkat dari rumah dan lama-kelamaan ada yang
mulai bermukim. Dengan semakin bertambahnya santri, maka pada tahun 1967 Ibu
Nyai Rohmah Nur, istri KH. Syifa? berkeinginan untuk mendirikan sebuah pondok
pesantren dengan tujuan menampung santri-santri yang datang dari daerah jauh.
Pondok tersebut diberi nama Nurul Ulum yang berarti cahaya ilmu-ilmu.
Pondok ini dibangun di atas tanah seluas 25 x 50 meter, milik beliau sendiri.
Bangunan tersebut sangatlah sederhana dengan berupa dinding-dinding yang
terbuat dari bambu (gubug). Pada saat itu pengajaran masih menggunakan sistem
klasik yaknibandongan dan sorogan. Dan pada
sekitar tahun 1977-an sistem tersebut baru berganti menjadi sistem Madrasah
Diniyah yang mengenal kelas berjenjang (kelas 1 sampai kelas 3).
Karena di pondok tersebut khusus diajarkan pelajaran agama saja, sedangkan
melihat situasi saat itu ilmu pengetahuan dan teknologi mulai digemari
masyarakat, maka Ibu Nyai Rohmah Nur berinisiatif untuk membekali santri dengan
ilmu pengetahuan umum. Untuk itu pada tahun 1986 beliau mendirikan Madrasah
Tsanawiyah dengan kurikulum Depag RI. Dan sebagai wujud keberhasilan beliau
dalam mendirikan lembaga ini, maka bangunan pondok yang dulunya hanya berbentuk
bambu sudah berubah menjadi bangunan bertembok. Kemudian pada tahun 1988 Beliau
mendirikan Madrasah Aliyah sebagai upaya agar santri bisa melanjutkan sekolah
umum di PP. Nurul Ulum sekaligus nyantri di sana.
Untuk menguatkan status kepemilikan pondok tersebut, maka sekitar tahun
1990 Nyai Rohmah Nur memberi status waqof yang berarti pondok Nurul Ulum
menjadi milik Allah dan dipakai semata-mata untuk kepentingan agama Islam.
Kemudian sekitar tahun 1994 pertengahan bulan Agustus, beliau terserang
penyakit darah tinggi dan dirawat selama 1 bulan di RSI Aisyiah Malang. Dan
atas takdir Allah pada tanggal 21 September 1994 pukul 03.30 beliau wafat
dengan meninggalkan dua anak, yakni Kholifah az-Zahro dan Fauzi Syifa?.
Karena Hj. Rohmah Nur belum sampai berwasiat tentang siapa penggantinya
dalam melanjutkan kepemimpinan pesantren selanjutnya, maka atas kebijaksanaan
anggota keluarga, diangkatlah Gus H. A. Suyuti Dahlan sebagai pengasuhnya.
Beliau dipilih disamping faktor ketuaan, juga karena beliau adalah menantu dari
Ibu Nyai Rohmah Nur (suami ning Kholifah az-Zahro) yang terkenal alim dalam
ilmu agama bersama putra putrinya serta menantunya yaitu;
1. Gus H. Ali Mushthofa, S.Psi, Ning Khulashotul Aini
2. Gus H. Ir. Muhibburridho, Ning Hj. Lilik
3. Gus H. Ahmad Sulthon R, Ning Hj. Musyafi?ah
4. Gus H. Ahmad Musyaffa?, SS, Ning Hj. Nafisah Y
5. Gus H. Malik Salam Amin, Ning Hj. Mufidah
6. Gus H. Haidar Hannan, Ning Tis?atul Mukarromah
7. Gus H. A. Saifuddin
Pada tahun 2009 bulan Nopember KH. A. Suyuthi Dahlan meninggalkan dunia
dikarenakan sakit, sehingga kepemimpinan digantikan oleh KH. A. Fauzi Syifa?
dibantu oleh putra putri almarhum KH. A. Suyuthi Dahlan dan putra-putri beliau
sendiri;
1. Gus Ahmad Syifaurrohman
2. Gus Ahmad Mushthofa Zamzami
3. Gus Ahmad Maftuchul Chasani
4. Gus Ahmad Musyaffi? Romdloni
5. Gus Ahmad Mufid
Saat ini madrasah diniyah terdiri dari kategori Madrasah Diniyah (Madin)
Ula dan Madin Wushtho. Seluruh santri yang berada di pondok pesantren wajib
mengikuti madin dan tidak boleh hanya mengikuti sekolah formal saja.
Dewan guru madrasah Diniyah terdiri dari lulusan pondok-pondok pesantren
salaf seperti Pondok Pesantren Abuya Sayyid Maliki Makkah, Pondok Pesantren
Habib Umar al Hafidz Yaman, PP. Sidogiri Pasuruan, PIQ Singosari, PP. Salafiyah
Bangil, PPAI Ketapang dan dari para lulusan PP. Nurul Ulum sendiri. Sehingga
para lulusannya insya Allah dapat menghadapi dan bertahan atas segala perubahan
dan permasalahn yang ada di dunia ini.
*Dikutip dari www.nurululum.com
*Dikutip dari www.nurululum.com
0 komentar:
Posting Komentar